MADRASAHDIGITAL.CO – “Yang sekarang menjadi pedagang, buruh, sopir, tukang bangunan, petani, pegawai kantor, guru, dosen, polisi, TNI, pejabat publik, bahkan presiden sekalipun. Tetaplah bekerja pada posisinya dengan baik dan jujur,” ungkap Abah pada saat pengajian santri.
Secara sederhana Abah selalu mengatakan yang relate pada kehidupan ini, Abah pun selalu melihat situasi yang terjadi hari ini, dia melihat orang-orang sudah luntur penghargaannya terhadap sesama.
Abah melanjutkan nasihatnya kepada para santri.
“Meskipun secara penghargaan yang diberikan berbeda, entah itu penghargaan secara finansial atau sosial. Penghargaan yang diberikan selalu dilihat dari, siapa dia? sebagai apa? seberapa pengaruhkah terhadap kehidupannya?”
Kita selalu membedakan antara seorang tukang bangunan akan berbeda penghargaannya dengan seorang yang menjadi anggota dewan. Atau seorang yang menjadi petani akan berbeda penghargaannya dengan seorang yang menjadi presiden.
Kadangkala, status sosial atau bidang pekerjaan ini yang menjadi hambatan seseorang untuk menyamakan dan menghargai bahwa mereka semua adalah orang berjasa pada kehidupan ini.
“Pekerjaan apapun itu, jabatan apapun itu, penghasilan berapa pun itu, mereka memiliki jasa pada kehidupan ini.” tungkasnya
Lalu Abah melanjutkan.
“Mereka harus tetap pada posisinya. Mengapa mereka semua harus tetap pada posisinya? sebab kehidupan ini tak akan berjalan dengan baik jika semua pada posisi yang sama. Menjadi pedagang semua, menjadi guru semua, atau menjadi presiden semua, kan tidak mungkin.”
Jika semua orang menjadi pedagang, lalu siapa yang akan mengajarkan ilmu. Jika semua menjadi polisi, lalu siapa yang nanti mengisi di posisi menjadi pegawai, sopir, atau bahkan sebaliknya.
Kehidupan ini seperti rantai yang saling berkaitan. Tidak boleh ada kekosongan dalam semua posisi apapun. Saling bergantung satu sama lain. Dan jangan merasa yang memiliki posisi yang tinggi, penghasilan yang besar menghilangkan rasa penghargaan terhadap yang lain.
Lalu Abah menekankan pentingnya profesional alias bekerja pada posisinya harus dengan baik dan jujur. Karena itu adalah kunci bahwa kehidupan ini akan tetap baik-baik saja. Tak ada kekacauan.
“Lihatlah hari, mengapa kekecauan terjadi, di pasar, di jalan, di perkotaan, di perkampungan sekalipun. Pajabat kita amoral hari ini, mereka diperlihatkan kebokbrokannya?” Ungkap Abah sambil bertanya.
Para santri hanya saling lirik dan menggelengkan kepala. Lalu Abah melanjutkan nasihatnya.
“Ini semua karena yang mengisi posisinya tidak dengan baik menjalankan profesinya. Yang menjadi sopir selalu ugal-ugalan dijalan, sehingga kecelakaan tak dapat dihindari. Para pedagang hanya memikirkan untung yang besar, mengejar hasil yang bejibun, tapi tak menghitung efek dari menipu para pembeli dari pengurangan kiloan misalnya atau memalsukan barang.”Ungkap Abah agak kesal.
“Lihatlah, para pejabat publik hari ini diperlihatkan kebokbrokannga, betapa mereka diberikan amanah tapi tidak jujur, tidak bekerja dengan baik. Mereka bekerjasama untuk mencuri uang rakyat. Membohongi sana-sini, tapi tetap saja mereka ketahuan keculasannya di depan publik.”
Ingat, meskipun mereka semua yang bekerja dengan tidak baik, menipu semua orang, Abah selalu yakin bahwa Alloh maha baik, Alloh melihat. Meskipun mereka tak ketahuan oleh manusia lain akan kecurangannya, tapi mereka tidak dapat membohongi hati nuraninya.
Kita semua mungkin tertipu oleh para pedagang yang curang, oleh polisi yang tidak jujur, oleh guru yang culas, oleh pejabat yang korup. Tapi yakinilah bahwa semua kecurangan, ketidak jujuran, keculasan dan perbuatan korup itu akan berbalik pada dirinya sendiri.
Kita harus meyakini pula, bahwa setelah kehidupan ini selesai, setelah kita mati ada perhitungan setiap individu dan tak dapat diwakili oleh siapapun. Tak dapat berbuat curang kita di sana, pejabat pun tak dapat menyogok.
“Maka sekali lagi Abah berpesan, tetap berbuat baik dan jujurlah, apa pun profesi kamu hari ini.”