Madrasah Digital
Kirim Tulisan
Buat Akun
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
    • Life Hack
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
Tuesday, April 13, 2021
No Result
View All Result
  • Berita
    • Rilis
    • Komunitas
    • Surat Pembaca
  • Gaya Hidup
    • Tips
    • Hobi
    • Life Hack
  • Wawasan
    • Analisis
    • Wacana
    • Tadarus Tokoh
    • Resensi
    • Bahasa
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
    • Esai Sastra
  • Ruang Madrasah
    • Materi Pelajaran
    • Online Learning
    • Ruang Konsultasi
No Result
View All Result
Madrasah Digital
No Result
View All Result
Home Opini

Menjaga Optimisme Bibliofil di Era Digital

admin by admin
February 19, 2020
in Gaya Hidup, Opini
3 min read
1
37
SHARES
123
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Ahmad Soleh*

MADRASAHDIGITAL.CO – Bagi yang hobi membaca dan mengoleksi buku, pasti sudah tak asing dengan istilah bibliofilia. Bibliofilia adalah kecintaan terhadap buku. Berakar dari kata “biblio” yang berarti buku dan “philia” yang berarti cinta.

Baca Juga

IQ-EQ (Information Age)

Emotional Intelligence untuk Meningkatkan Hablumminallah-Hablumminannas

April 9, 2021

Mengontrol Emosi Negatif dengan Dikotomi Kendali

April 2, 2021

Mencerahkan Dengan Trilogi Gerakan

March 24, 2021

Bibliofilia merupakan satu kebiasaan positif yang sejak zaman dulu sudah ada. Sejak era sudah merebaknya percetakan buku dan perbukuan. Sebutan bagi orang yang memiliki kecintaan terhadap buku itu ialah bibliofil.

Sejauh yang saya pahami, bibliofil terbagi menjadi dua tipe. Pertama bibliofil yang gemar membaca. Tipe pertama ini menitikberatkan pada isinya. Atau bisa dikatakan juga kutu buku. Sehingga meskipun tak mengoleksi buku, bibliofil tipe pertama ini tetap bisa menghabiskan waktu untuk membaca di perpustakaan, pojok baca, dan tempat lainnya yang memberikan fasilitas baca. Zaman dulu bahkan ada juga tempat penyewaan buku.

Tipe kedua, yaitu bibliofil yang juga gemar mengoleksi buku-buku fisik. Atau biasa kita sebut juga kolektor. Tapi, bedanya kolektor buku lebih spesifik pada buku-buku tertentu, misalnya buku klasik, buku sastra, dll. Sedangkan bibliofil memiliki spaktrum yang lebih luas. Bibliofil jenis kedua ini biasanya juga punya perpustakaan pribadi. Atau minimal rak buku, ruang baca, atau pojok baca di rumahnya.

Apa yang membuat hal ini disebut “kecintaan”? Tentu ada alasannya. Cinta terhadap buku diartikan dengan suka membaca, suka mengoleksi, juga pandai merawat. Sehingga, seorang belum bisa dikatakan bibliofil jika hanya gemar membeli dan menumpuk buku di rumahnya. Ada yang mengatakan sikap semacam itu sebagai perbuatan yang tercela.

Tentu saja, bibliofilia ini sangat baik. Karena dia telah menghidupkan dan merawat peradaban suatu zaman. Masa di mana berkembangnya suatu pemikiran dan pergulatan ide, yang terekam dalam buku, itu menjadi wahana bagi seorang bibliofil menyalurkan kebiasannya: membaca, mengoleksi, dan merawat. Sehingga, dengan sendirinya peradaban itu pula terawat.

Tantangan Klasik

Saya katakan klasik karena ini berkaitan dengan minat baca masyarakat. Seperti kita tahu, dalam berbagai survei lembaga internasional, Indonesia selalu menempati posisi terpuruk jika bicara soal literasi. Termasuk dalam hal membaca buku.

Misalnya, seperti yang dilaporkan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) dalam penelitiannya tahun 2015. Penelitian itu menyebutkan, Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara yang disurvei. Indonesia berhasil mengungguli Brazil dan berada di bawah Yordania. Skor rata-rata untuk membaca pada survei itu adalah 493, dan Indonesia mendapatkan skor 397.

Sementara dalam survei lain yang dirilis Central Connecticut State University (CCSU) pada Maret 2016, Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara yang disurvei. Penelitian CCSU ini mencakup lima indikator kesehatan literasi negara, yakni perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer. Dalam survei ini Indonesia unggul dari Bostwana.

Hal ini menjadi beban berat bagi industri perbukuan. Begitu pun bagi seorang bibliofil. Barang kali dari sekian sampel survei yang dipilih secara acak itu hanya ada beberapa bibliofil yang turut andil. Meski pahitnya hasil survei itu, kemudian membuahkan menjamurnya gerakan literasi kini digalakkan di mana-mana. Di sekolah, perkampungan, taman bermain, kereta, bahkan di car free day tiap akhir pekan.

Peluang Era Digital

Bibliofilia atau bibliofilisme pasti menemui tantangan dan pergeseran di setiap zamannya, termasik di era digital ini. Di antaranya, pergeseran tren dari buku cetak ke buku digital yang tak bisa dihindari. Bahkan, kini para pembaca amat dimudahkan dengan adanya buku digital atau e-book.

Di era serbadigital, serbaelektronik, dan serbainternet seperti sekarang ini, kita bahkan bisa dengan mudah mengunduh buku-buku dalam bentuk PDF secara gratis di Academia Edu, membeli e-book berbayar di PlayStore, atau membaca via Google Books untuk buku-buku tertentu.

Ini tantangan berat bagi para bibliofil yang masih berpatokan pada buku cetak. Namun, di sisi lain, industri buku cetak dan penerbitan pun masih banyak dan berkembang, meski dengan sejumlah tantangan berat. Mungkin memang tak banyak yang mendermakan dirinya menjadi seorang bibliofil. Tetapi, kebanyakan kita masih lebih nyaman membaca tinta pada kertas ketimbang membaca di layar ponsel. Alasannya, membaca di layar ponsel bagi sebagian orang, lebih cepat lelah dan bosan.

Jikapun pada akhirnya akan lahir bibliofil tipe ketiga, yakni pembaca dan pengoleksi buku digital, hal itu tak ada salahnya. Malah menjadi peluang baru bagi dunia literasi kita. Hampir sama dengan bibliofil tipe pertama, yang hanya gemar membaca tanpa harus memiliki fisik cetaknya, bibliofil digital akan memudahkan bagi mereka. Tidak perlu ke perpustakaan. Cukup membuka rak-rak buku digitalnya di smartphone lalu berdiam menelusuri tiap jengkal peradaban pada layar ponsel.

Dengan begitu, peradaban buku cetak maupun buku digital berada pada posisi yang menguntungkan. Tentu saja, hal itu apabila masih tetap ada pembaca, pengoleksi, dan perawatnya. Yang menjadi masalah adalah ketika tak ada satu pun yang gemar membaca buku. Inilah mula dari kehancuran peradaban. Semoga tidak terjadi yang demikian.

*Pengasuh Website Madrasah Digital

Share15Tweet9SendShare
Previous Post

Pancasila dalam Kelas Kuliah

Next Post

Kepentingan Kapitalis dalam Pengelolaan Alam di Kuningan

admin

admin

Related Posts

IQ-EQ (Information Age)

Emotional Intelligence untuk Meningkatkan Hablumminallah-Hablumminannas

by admin
April 9, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Debby Elvionita, Anggota Albirru Organizer Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Yogyakarta   Aspek kecerdasan yang dimiliki seseorang memang...

Mengontrol Emosi Negatif dengan Dikotomi Kendali

by admin
April 2, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO,- Oleh: Baiti Rahma Asy-Syifa Hidup di zaman digital dapat memberikan dampak positif dan negatif. Jika ditinjau dari sisi positif,...

Mencerahkan Dengan Trilogi Gerakan

by Muhammad Nur Faizi
March 24, 2021
0

Sejak awal berdiri, Muhammadiyah menargetkan kontribusi keseluruhan di semua bidang. Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah membangun ribuan sekolah ternama dengan fasilitas...

Haramkah Demokrasi?

Mengungkap Sisi Haram Demokrasi

by admin
March 22, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh: Mustofa Dahlan, Mahasiswa Fakultas Agama Islam UAD Yogyakarta Demokrasi merupakan sebuah sistem politik yang saat ini banyak diimplementasikan oleh...

Muh Akmal Ahsan

IMM Ditengah Krisis Peradaban

by admin
March 18, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh: Muh. Akmal Ahsan, Penulis Buku Meretas Batas Pemikiran Percakapan ihwal lintas peradaban selalu menjadi discourse yang dialektis, perdebatan ihwal...

Milad 57 tahun IMM (Madrasah Digital)

Susila Cakap Takwa, Profil Kepribadian Kader IMM

by admin
March 15, 2021
0

MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Muhammad Roviqul Islam Halawa, Kader IMM Sukoharjo  Jika kembali  merefleksikan  sejarah  tentang  berdirinya IMM, setidaknya terdapat dua faktor;...

Next Post
eksploitasi alam

Kepentingan Kapitalis dalam Pengelolaan Alam di Kuningan

Ilustrasi Cover Adicerita Hamka (2017) dan Hamka's Great Story (2016)

James R Rush dan Narasi Besar Hamka

Negeri Satu Tafsir, Membaca Syair Cak Nun

Comments 1

  1. Pingback: Mengenal Buya Syafii Maarif, Sang Intelektual Organik – Madrasah Digital

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No Result
View All Result

Recent Posts

  • Rektor Uhamka: Sambut Ramadhan, Hidupkan Kemanusiaan
  • Merantau ke Deli, Karya Buya Hamka yang Sarat Nilai
  • Makna Puasa Bagi Seorang Muslim
  • Bullying Privacy Is Dark Jokes, dari Tabu ke Lumrah
  • Emotional Intelligence untuk Meningkatkan Hablumminallah-Hablumminannas

Recent Comments

  • Salmafjr on Cerpen: Tomo dan Setan Rumah Kosong
  • Muhammad Daffa on Cerpen: Tomo dan Setan Rumah Kosong
  • Ummu Ahya FKIP UHAMKA 1998 on Islam Agama Perjuangan
  • Fadhlina shifa h on Pembelajaran Daring, Orang Tua Siswa Harus Melek Teknologi
  • Ridwan on Pelajar dan Guru Menanti Bantuan Kuota Internet Gratis 2021

Archives

  • April 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • March 2019
  • February 2019
  • January 2019

Categories

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Life Hack
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Madrasah Digital

Madrasah Digital

Madrasah Digital

Kategori

  • Analisis
  • Bahasa
  • Berita
  • Cerpen
  • Event
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Life Hack
  • Materi Pelajaran
  • Opini
  • Pemikiran Tokoh
  • Resensi
  • Rilis
  • Ruang Konsultasi
  • Ruang Madrasah
  • Sastra
  • Surat Pembaca
  • Tips
  • Umum
  • Wacana
  • Wawasan

Sekretariat

Learning Center Madrasah Digital

Alamat
Graha Inkud Lt. 6, Jln. Warung Buncit Raya No. 18-20, Jakarta Selatan, 12740.

Telp
0817123002/085717051886

E-mail
redaksimadrasah@gmail.com

  • Redaksi

© 2019 Madrasah Digital

No Result
View All Result
  • Masuk / Daftar
    • Tulis Postingan
    • Tulisan Saya
  • Berita
  • Wacana
  • Gaya Hidup
  • Komunitas
  • Opini
  • Sastra
  • Umum

© 2019 Madrasah Digital

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In