MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Nadia, Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Jakarta Selatan
Pernah bercita-cita melanjutkan kuliah diperguruan tinggi? Jika pernah tentu anda akan memperjuangkannya. Artikel ini merupakan pengalaman dan ekspresi pribadi seseorang yang bercita-cita untuk melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi dengan segudang pengalamannya. Beginilah cerita pengalaman saya.
Saya bercita-cita kuliah di Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (UHAMKA). Awalnya, ketika saya diterima sebagai Mahasiswa, saya merasa tidak akan mampu bersosialisasi dengan orang lain, apalagi aktif dalam sebuah organisasi, tetapi faktanya Allah punya rencana lain. Justru, saya berorganisasi dan bertemu dengan banyak orang. Tantangan demi tantangan datang dari luar dan dalam diri.
Seperti halnya di luar sana, memang jika orang lain mendengar kata UHAMKA pastilah akan terlintas dalam pikiran di sana basisnya Muhammadiyah. Sebagian masyarakat memang ada yang melabel bahwa Muhammadiyah adalah aliran sesat. Namun, ketika masuk di dalamnya apa yang dikatakan orang aliran sesat adalah sebuah kekeliruan.
Bahkan, saat saya di UHAMKA ada teman yang berkata, “Kamu di UHAMKA berarti kamu orang Muhammadiyah dong?,” saya tidak menanggapi apapun terhadap apa yang dikatakan. Karena, saya merasa pandangan ini muncul sebab ketidaktahuannya terhadap dunia kampus dan apa saja yang dipelajari di dalamnya. Pikir saya, “Orang yang tidak mengetahui janganlah dibalas dengan sebuah kezaliman.”
Seperti dalam hadis dituliskan, “Wahai hamba-Ku. Sesungguhnya aku (Allah) mengharamkan (berlaku) zalim atas diri-Ku, dan aku menjadikannya haram diantaramu. Maka janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Muslim 2577).
Dari sini pula saya banyak belajar tentang kehidupan dan dunia organisasi di UHAMKA. Dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah membawa saya menjadi pribadi yang lebih baik. Menjauhi berpikir negatif dan tidak condong menyalahkan masyarakat.
Singkat cerita, saya sebagai mahasiswa UHAMKA dan tercatat sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Saat itu, saya diamanahkan dalam bidang Kajian Tablik dan Keislaman. Di sini, saya bertemu senior yang sangat humble dan sayang dengan kader-kadernya. Saya dan teman-teman selalu ditanyakan kabar, bagaimana ngajinya, apa saja progres yang akan dilakukan, sudah berapa buku yang dibaca dan diresume, mereka berpesan shalatnya jangan di akhir waktu, apalagi ditinggalkan.
“Kita berorganisasi jangan menomor duakan kuliah, prioritaskan kuliah tetap nomor satu. Organisasi tetap terus berjalan, tetapi tetap harus balance (seimbang) antara keduanya. Kuliah berjalan organisai juga berjalan,” begitu pesan senior.
Dari sinilah kehangatan, kenyaman membuat saya mencitai kampus dan organisasi. Bahkan, mereka semua sudah saya anggap seperti keluarga seendiri. Apabila ada orang lain menanyakan kembali tentang identitas saya kuliah di UHAMKA perguruan Muhammadiyah, saya katakan dengan bangga padanya. Bahwa saya berada di tempat paling nyaman dan terbaik.
Apa yang mereka pikirkan tentang UHAMKA yang berlebel Muhammadiyah dan IMM, itu semua adalah kekeliruan. Karena mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya yang dipelajari di dalamnya. Di UHAMKA dan IMM saya mengetahui bahwa semuanya berasaskan pada al-Quran dan sunah. Terbukti bahwa kampus Muhammadiyah sudah eksis di mana-mana. Bahkan telah ada cabang di luar negri.
Mengutip Badiuzzaman Said Nursi, “Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.”
Dari kutipan di atas, saya menyakan dalam diri dan menggugah pikiran saya. Mungkin ketidak tahuan seseorang menghantarkannya berpikir yang belum baik. Sehingga, seseorang belum dapat mengecap kenikmatan hidupnya. Tidaklah heran, yang belum punya ilmu akan membuat kerugian untuk orang lain. Hal inilah yang membuat saya ingin terus membagikan pemahaman dari yang belum mengetahui menjadi lebih banyak pengetahuan.
Saya banyak belajar tentang kehidupan dan keagamaan di IMM. Dari sinilah, saya tidak ingin melepaskan organisasi ini. Apalagi, ketika saya menyaksikan ada mahasiswa dan kader IMM yang telah berhasil menulis buku. Saya melihat langsung, senior yang namanya Bayujati Prakoso yang telah menuliskan buku yang berjudul Sukma Intelektualisme.
Hal itu terbukti bahwa Kak Bayu menjadi salah satu lulusan Strata-1 Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UHAMKA hanya dengan 3,5 tahun. Dari sini, saya melihat organisasi tidak memutus kemungkinan untuk berprestasi dan menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Allah berfirman dalam surah Ali-‘Imran ayat 110 yang artinya:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Semoga pengalaman saya ini dapat menginspirasi.
Redaktur:Nia Ariyani
Editor: Ahmad Soleh