*Akmal Akhsan Tahir
Akhirnya tulisan ini harus disebar. Tak begitu penting sebenarnya, tetapi demi tatanan dunia yang lebih baik, maka semoga bisa mencerahkan pikiran para Buciners millenials. Tetapi syarat kamu baca tulisan ini, lepaskan dulu persepsi bahwa si Penulis sedang Bucin.
“Perkara makan dengan siapa tidak ada hubungannya dengan perasaan yang dititipkan ke siapa, perihal jalan bersama siapa…pun juga ndak ada korelasinya atas keberpihakan pemilik jasad dan hati siapa. Biasa saja. Merdeka seutuhnya” Nah, barusan anda sedang membaca tulisan Mbak Sena (perempuan asal dunia kayangan) yang disematkan di twitternya. Semoga ini menjadi penghantar bagi pembahasan tulisan ini.
Jadi gini loh sahabat millenials, resah aqutuu sama kata “Bucin” yang selalu dijadikan bahan olok-olokan itu. Makan bareng disangka Bucin, jalan bareng dikira Bucin, Nonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dikata Bucin, sampe sampe suami yang datang ke Indomaret beliin pembalut buat istrinya dicap Bucin pula, aQutuu khawatir jangan jangan nanti semua bentuk kasih sayang dikira Bucin. Buruknya, definisi Bucin dimaknai secara gegabah.
Sobat Millenials yang menunggu chat seharian tapi ternyata gak ada,,, Psikolog Meity Ariantyi, STP., M.Psi., pernah bilang gini :
“cinta remaja seringkali berujung pada hal yang diluar nalar karena remaja sendiri memang tidak berpikir panjang, mereka cenderung mengikuti hawa nafsunya dan semaunya. Logikanya tumpul” Itu kata bu Mei di Okezone, (28/1/2019). Blio melanjutkan beberapa individu rela melakukan apapun demi cinta, logika berpikir mereka tidak jalan dan perasaan memegang peranan sangat besar dalam hal ini.
Mari kita ambil dasar pikiran dari Psikolog Bu mei ini, kita bisa narik kesimpulan, bahwa Bucin sebenarnya disebabkan oleh ketidakmampuan menggunakan rasio sambil memanjakan perasaan. Jika demikian adanya, maka secara emosinal seseorang dihantarkan untuk melakukan apa saja demi pacaranya, dan seringkali timbul rasa cemburu bila dilihatnya si Doi makan dengan pria yang lain. Kasus Andriana Yubelia Noven Cahya bisa menjadi referensi bacaan anda, siswa SMK di Bogor yang menjadi korban pembunuhan oleh pacarnya sendiri karena alasan Bucin. Nah ini baru Bucin, Pret!. Jadi Bucin itu, makhluk lucu yang punya fantasi terlalu luas hingga Gak pake otak, gitu deh intinya. Contoh lain, misalnya kamu cinta banget sama Kambing ternakmu sampe-sampe dibawa ke Mall jalan-jalan. Itu Bucin tingkat Dewa.
Nah, Tweet Mbak Sena 31 Maret yang lalu itu sebenarnya mewakili berbagai persepsi publik yang terlalu berhasrat untuk memutusakan bahwa seseorang itu Bucin atau tidak. Yang secara konyol bertengger dipikiran kita sebenarnya adalah, bilamana dilihat seseorang makan atau jalan berdua disangka Bucin, padahal sebagaimana kata Mbak Sena perkara makan dengan siapa tidak selalu dapat dihubungkan dengan kepada siapa perasaan dititipkan, perihal jalan sama siapa tidak seringkali dapat dihubungkan dengan keberpihakan pemilik jasad. Jadi sante aja gitu lho, santuy.
Adian Husaini di akun Facebooknya pernah bilang gini :
“Untuk menyamakan frekuensi dg lawan bicara, kita harus samakan mindset atau paradigmanya. Bagi mereka yg paradigmanya berbeda dg kita, susah kita menjelaskan apa2 yg kita lakukan. Karena paradigma itu menyangkut masalah pengetahuan, pengalaman, budaya, kepercayaan hingga agama”, jadi saya menafsirkan kata Om Adian Husaini ini bahwa telah terjadi perbedaan paradima dikalangan manusia (khsusunya sobat jomlo), maka dengan tulisan ini saya ingin mengundang anda untuk menyamakan persepsi dan menghilangkan defisinisi Bucin sebagai makan dan jalan bareng. Hanya dengan itu kita bisa berbicara subtansial, gak ujuk-ujuk mengolok “Bucin!”.
Bagaimana Kita Mencintai Tanpa Bucin?
Santuy, santuy aja hadapain dunia ini boy, mencintai boleh, tetapi berlebih-lebihan itu tindakan konyol, misalnya kamu berencana lewatin samudra karena ingin buktikan cinta pada pacarmu, akhirnya dimakan hiu. Santai boi, kayak di pantai gituuh. Lagipula, bila terlalu sayang sama seseorang, ada reaksi kimia dalam otak yang buat kita merasa bahwa si Doi punya perasaan yang sama padahal enggak sama sekali. Maka jangan ke-GRan sobat millenials, jangan kegeeran bila dipanggil “Beb”, karena bisa jadi itu bukan “Bebiy”, tapi “BeBan”!. Santuy.
“Cinta ini kadang-kadang tak ada logika” kata my bebiy haniy, Agnes Monica. Tapi jangan, jangan kamu kehilangan pertimbangan akal, sebab sengaja kita diberi otak agar bisa mengatur hidup supaya kehidupan ini bisa dikelola dengan baik. Otak, jangan lupa bawa otak. Bagi Mahasiswa yang sedang kuliah lalu dilanda Cinta, Otak ini berfungsi untuk mengelola pikiran kalian, bahwa Skripsi lebih penting dari buat puisi untuk Doi.
Pria yang sedang duduk di pojok kamar kos sambil megang kepala karena ngebucin, atau remaja wanita yang masih nangis karena cemburu. Saya mengajak kalian untuk berdiri, katakan kepada bumi dan Pluto, bahwa cinta itu membangkitkan, tidak menjatuhkan pengharapan, maka tegakkan badan dan hapus air mata, jangan terlalu terbawa dengan lagu Armada yang judulnya Harus Aku itu.
Bagi pasangan yang sedang pacaran dan Ngebucin di tempat sepi, keluarlah, lakukan hal-hal produktif, berikan yang terbaik bagi hidupmu, bukan hanya coklat termanis buat pacarmu. Bagi yang sedang cediih sebab ketikung, tetap santai, dunia memang kumpulan anomali, tapi jangan mati, sebaliknya, hadapi!
Terima kasih telah membaca tulisan yang keren ini. Tepuk tangan dulu.
*Kepala Madrasah Digital Yogyakarta
Uwuwu suka sekaliiii