Bosan menjadi aktivitas menjengkelkan bagi banyak orang. Tidak berselera mengerjakan apapun yang sudah disusun dalam tabel rencana, sehingga dalam waktu tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Maka seringkali bosan menjadi musuh terbesar bagi orang yang berkarya. Pengalihan aktivitas biasanya dipilih untuk mengusir kesan monoton untuk mengerjakan yang sama setiap harinya. Namun berulang kali cara tersebut tidak berhasil, dan rasa bosan tetap menghantui diri.
Pengalihan aktivitas seperti piknik, nonton film, olahraga, atau bersantai hanya berlaku sebentar untuk mengatasi rasa bosan. Hal sebenarnya yang terjadi adalah rasa bosan tetap ada pada diri sendiri, namun berusaha disembunyikan sesaat. Maka sewaktu-waktu rasa bosan itu akan muncul kembali dan itu tidak lama. Hal ini dikarenakan juga aktivitas-aktivitas tersebut yang fungsinya hanya sebagai pengalihan, sehingga bersifat sementara.
Seseorang mengalami kebosanan karena kurangnya motivasi yang ada pada dirinya. Secara struktural, memang benar jika motivasi sangat dibutuhkan, namun seperti halnya piknik dan aktivitas lain, bangunan motivasi juga hanya berdampak sia-sia apabila tidak diimbangi oleh realitas yang ada.
Seringnya orang memandang motivasi sebagai suatu hal yang inti dalam mengerjakan sesuatu. Akan tetapi, motivasi hanyalah dorongan kecil di awal dan di akhir, bukan di tengah-tengah aktivitas yang dijalankan. Sehingga yang terjadi, seseorang yang mengatasi kebosanan dengan hanya mendengarkan motivasi-motivasi belaka, akan cepat menemukan rasa bosan kembali ketika sedang menjalani rutinitas yang sama. Oleh sebab itu, diperlukan kiranya analisis lebih lanjut tentang bagaimana proses kebosanan itu terjadi dan apa yang menyebabkan manusia merasa bosan.
Dalam banyak hal, rasa bosan terjadi saat seseorang merasakan kehampaan dan tenggelam dalam rutinitas mekanis yang monoton. Bosan dapat disebabkan oleh 3 faktor. Pertama, kesalahan seseorang dalam mengelola prioritas. Sering terjadi segala aktifitas yang dikerjakan berasal dari kendali orang lain, bukan diri sendiri. Contoh paling sederhana adalah saat memilih makanan. Tidak jarang seseorang memilih suatu makanan berdasarkan review yang sudah ada. Mereka menganggap bahwa makanan dapat dikatakan enak, apabila banyak review yang mengatakan enak, bukan dari cara dirinya mencicipi dan menikmati makanan tersebut.
Kejadian seperti itu tidak jarang membuat kecewa, karena apa yang didapat tidak sesuai dengan ekspektasinya. Pemikirannya dikendalikan oleh orang lain, bukan dari keinginannya sendiri. Begitu pula dalam memilih aktivitas, seringnya aktivitas yang dilakukan karena adanya tuntutan ataupun paksaan keadaan. Hingga pada suatu waktu, membuat rasa bosan tak henti-hentinya menghampiri. Belum pada tahap klimaks, seseorang kembali merasakan bosan.
Kedua, titik klimaks tidak diarahkan pada sudut pandang yang menyenangkan. Seringkali prioritas aktivitas yang dikerjakan mengandung tujuan yang semu. Begitu juga saat melakukannya, hal yang menjadi angan-angan adalah rasa lelah dan ingin berhenti melakukan prioritas tersebut. Seseorang yang berada di depan monitor selama 2 jam bisa merasakan kelelahan yang luar biasa, namun seorang pelukis yang berada di depan kanvas tidak merasakan kelelahan sama sekali meskipun duduk sepanjang hari di situ.
Ketiga, tidak ada alasan emergency untuk melakukan suatu rutinitas. Hal yang sering terjadi adalah seseorang ingin melakukan sesuatu karena motivasi dari luar. Saat mendengarkan video motivasi dari kanal digital, ataupun mendengar cerita keberhasilan dari teman, refleks tergerak hati untuk melakukan hal yang sama. Sekilas hal tersebut berdampak positif, namun jika dipakai jangka panjang hal itu dapat berdampak negatif. Motivasi yang dibangun berdasar rasa penasaran semata, biasanya hanya bertahan sebentar dan mudah digoyahkan.
Penting kiranya untuk membangun struktur motivasi yang kuat. Dimulai dari akar motivasi yang kuat, yang tidak mudah ditumbangkan. Kemudian membangun alasan-alasan yang tidak dapat dibantah dengan hal-hal yang membatalkan niat. Misalnya alasan yang dibangun dapat menepis rasa lelah, rasa ingin beranjak, atau alasan lain yang ingin mengakhiri rutinitas.
Sehigga diperlukan 3 struktur penting untuk membangun tameng kebosanan pada setiap manusia. Pertama, pengalaman. Pengalaman yang menarik dapat membantu manusia mengimajinasikan rutinitasnya menjadi sesuatu yang indah. Seperti halnya seorang pelukis, dirinya terus berimajinasi hingga membentuk setiap titik, dan menggambungkannya menjadi suatu pola indah serta berkualitas.
Kedua, Tujuan. Tujuan yang lebih berkualitas akan menambah spirit manusia untuk melakukan suatu hal. Kita bisa melihat spirit anak-anak sekolahan yang apabila diberikan hadiah jika berhasil melakukan apa yang diinginkan orang tuanya. Pola semacam itu dapat diterapkan untuk membantu manusia mengelola kebosanan. Dengan adanya tujuan yang jelas, dirinya tidak akan keluar apalagi menunda karena alasan bosan.
Ketiga, bagaimana mengelola rasa penasaran pada setiap hal yang dikerjakan. Penting kiranya untuk terus membangun rasa penasaran untuk menemukan kejutan-kejutan pada titik pekerjaan yang dilakukan. Sehingga dirinya akan terus dan terus melakukan hingga terjawab semua rasa penasarannya. Setiap keberhasilan yang tercapai, ditingkatkan lagi dan lagi, sehingga terus menerus tinggi dan muncul rasa penasaran kembali. Begitulah cara mengelola diri agar tidak merasakan bosan. Terus menjalani aktivitas tanpa dipatahkan oleh anggapan yang tidak menyenangkan.
Red: Saipul Haq