MADRASAHDIGITAL, Oleh : Hendra Fokker
Indonesia mencatat, bahwa tanggal 5 April 1950 diwarnai dengan aksi pemberontakan partisan KNIL Sulawesi Selatan dibawah pimpinan Kapten Andi Azis. Berawal dari kegelisahan bahwa para pasukan Indonesia yang berafiliasi dengan KNIL akan dihapuskan usai Konferensi Meja Bundar (KMB).
Mereka semua akan dilebur jadi satu kesatuan dalam Tentara Nasional Indonesia, yang kala itu dikenal dangan nama Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Secara administratif, pemerintahan Belanda di Sulawesi Selatan masih berjalan dalam status peralihan.
Selain daripada itu, status pasukan KNIL di wilayah Indonesia Timur, tengah dalam pengawasan atau masuk dalam agenda demiliterisasi Tentara Republik. Wajar sih, karena mereka rata-rata masih gak mau lepas dari Belanda.
Latar Belakang
Dimana para pasukan Indonesia yang masih tergabung di dalam KNIL, secara rutin mendapatkan gaji dari pemerintah Belanda. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar para pasukan Indonesia-KNIL menolak upaya pemerintah Indonesia untuk merekonsiliasi tentara.
Mereka lebih memilih bergabung dengan tentara Belanda daripada bergabung dengan APRIS, dengan gaji yang dapat dikatakan rendah.
Pasukan Andi Azis mendapatkan dukungan dari Soumokil, seorang tokoh dari Indonesia Timur pro Belanda yang kelak mengobarkan pemberontakan RMS di Maluku. Selain dari persoalan tersebut, Andi Azis menolak masuknya pasukan APRIS dari Jawa yang didatangkan guna mengantisipasi pertikaian dengan Belanda pasca KMB.
Dahulu pasukan Andi Azis ini dikenal dengan nama Marsosse, satuan tentara pribumi yang dibentuk oleh Belanda untuk tujuan memerangi perlawanan kedaerahan di Indonesia. Apalagi ketika mereka menghadapi para pejuang Sulawesi, galaknya bukan maen deh.
Kembali ke persoalan Andi Azis. Selain itu, Andi Azis menentang upaya laskar pejuang Republik dari Polongbengkeng untuk bergabung dengan APRIS. Secara historis, daerah Polongbengkeng merupakan basis utama pejuang Republik selama pendudukan Belanda di Sulawesi Selatan.
Jalannya Pemberontakan
Berbagai macam teror dilakukan kepada masyarakat Sulawesi Selatan yang terlihat tidak mendukung pasukan Andi Azis. Ya, wajar aja sih, rakyat Sulawesi udah demen denger kemerdekaan Indonesia, lha kok ini mau dijajah lagi.
Auto terjadi baku tembak dong dengan para pegawai sipil dan kesatuan-kesatuan APRIS yang berjaga di sana. Selain itu, aksi-aksi perampokan disertai kekerasan juga dilakukan oleh pasukan Andi Azis. Tidak memandang suku, ras, ataupun agama, semua kena hantam, dan jadi korban.
Melihat hal itu, pemerintah Indonesia gak mau tinggal diam. Karena banyak tokoh Republik asal Sulawesi yang memberikan masukan, agar pemberontakan Andi Azis dapat sesegera mungkin dipadamkan.