Saya, Intan Fandinny, seorang wanita berusia 22 tahun, merasa sangat bangga dapat mewakili almamater saya, IPB University, dengan terpilih menjadi delegasi untuk kegiatan exchange dan pengabdian Masyarakat kampus MRPTNI di Malaysia. Dengan latar belakang keluarga ayah saya yang merupakan seorang guru, saya selalu membawa semangat dan dedikasi yang tinggi dalam setiap langkah saya. Ayah saya, Maman Suherman, dan ibu saya, Yoyoh, selalu mendukung setiap langkah yang saya ambil.
Saya tinggal di Kampung Ancol RT 02 RW 05, Desa Selaawi, Kecamatan Selaawi, Garut, dan merupakan alumni SMAN 13 Garut. Saya berhasil masuk IPB University melalui jalur ketua OSIS, sebuah prestasi yang menunjukkan kepemimpinan saya sejak dini. Saya menempuh pendidikan di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen di IPB University dan tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti himpunan mahasiswa, UKM, dan perlombaan.
Dari Buku Harian ke Dunia Nyata
Saat diterima di IPB pada tahun 2020, saya menulis dalam buku harian saya, “Saya harus bisa ke luar negeri, minimal Malaysia.” Dan secara tidak langsung mimpi tersebut mengarahkan diri saya untuk bisa mewujudkannya. Meski pada tahun 2021 saya sempat mengikuti program volunteer yang hanya lolos partial funded , sehingga tidak jadi berangkat, namun saya tidak putus asa.
Hingga pada tahun 2024, Allah mengabulkan doa saya. Saya berhasil terpilih melalui jalur seleksi dari IPB dan mendapat fully funded untuk berangkat ke Malaysia. Saya sangat bersyukur diberangkatkan pada bulan ini karena semua urusan penelitian telah selesai, tinggal olah data dan seminar lalu sidang.
Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoakan saya, terutama orang tua, IPB University, serta Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang sangat mendukung dan memberikan pelayanan terbaik. Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari departemen ilmu keluarga dan Konsumen, yang tentunya hanya ada satu di Indonesia, dan ini merupakan privilege bagi saya untuk terus menempa diri menjadi lebih baik. Saya juga senang bisa belajar dan berinteraksi dengan mahasiswa di INTI International University Malaysia.
Memahami Makna Berbuat Baik
Selama masa penantian keberangkatan yang sempat tertunda, saya mengisi waktu dengan kegiatan sosial. Saya berhasil membuka open donasi untuk membantu membangun rumah seorang keluarga pemulung, menerima amanat orang lain untuk membagikan sembako kepada dhuafa saat bulan Ramadan, serta membuka donasi untuk seorang kakek yang mengalami stroke. Pengalaman ini membuat saya semakin bersyukur dan menyadari betapa pentingnya berbuat baik.
Ketika tiba di Malaysia, saya sangat bersyukur karena Allah memberi saya nikmat berupa fasilitas rumah yang cukup bagus, lengkap dengan perabotan dan sembako, serta bantuan biaya hidup. Saya juga senang bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan staf KBRI di Malaysia, yaitu Pak Shoheh. Seorang teman menyadarkan saya bahwa apa yang saya dapatkan hari ini adalah ganjaran dari perbuatan baik saya sebelumnya. Maka dari itu, saya mengajak semua orang untuk tidak berhenti berbuat baik, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan. Yang jelas, apa yang kita tanam itulah yang kita tuai.
Kegiatan Selama di Malaysia
Di Malaysia, saya ditugaskan di Sanggar Bimbingan PPWNI Klang, Selangor, untuk membantu proses belajar mengajar di sana. Saya membawa berbagai alat edukasi dari Indonesia, seperti poster perkalian, penjumlahan, serta panduan kegiatan keagamaan seperti sholat dan wudhu. Anak-anak sangat responsif, dan ini menjadi PR bersama untuk memastikan mereka bisa mengenal huruf dan membaca.
Sebagai duta baca Jawa Barat, saya juga memiliki program unggulan yang sudah berjalan di Malaysia, yaitu kegiatan literasi seperti Readathon dan review buku. Saya berharap program ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, khususnya para siswa yang merupakan anak-anak PMI yang tinggal di Malaysia karena mengikuti urusan pekerjaan orang tua mereka. Anak-anak mereka adalah anak yang cerdas dan baik, jika kita latih bersama.
Saya juga memperkenalkan budaya dan makanan khas Indonesia. Saya membawa dodol Garut, salah satu makanan khas dari daerah asal saya. Beberapa anak sangat suka dodol, bahkan ada yang meminta lagi untuk bekal di rumah.
Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Panda Garut yang telah membersamai saya selama saya menanti keberangkatan ke Malaysia dan mengarahkan saya kedalam kegiatan kemanusiaan yang sangat positif.
Saya merasa bahwa pentingnya belajar bahasa asing tidak bisa dipandang sebelah mata, namun sikap yang baik, tanggung jawab, jujur, dan ramah adalah kunci agar kita bisa diterima di mana saja. Bahasa saja tidak cukup, kita juga harus memiliki sikap yang baik, tanggung jawab, jujur, dan ramah sehingga dimanapun kita berada, orang lain akan mau berteman dengan kita.
Saya berharap kisah saya dapat menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan berkarya demi kebaikan bersama. Semoga kita semua dapat terus berbuat baik dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.