MADRASAHDIGITAL.CO, Oleh: Bayujati Prakoso, Jurnalis Madrasah Digital
JAKARTA- Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta Selatan (PC IMM Jaksel) melalui bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan mengadakan kegiatan Kelas Riset Cahaya Merah Institute bertema “Implementasi Tri Kompetensi Dasar Melalui Budaya Riset” pada 25-27 Juni 2021 via telekonferensi Zoom Meeting.
Pada kesempatan tersebut, tahap kedua Kelas Riset Cahaya Merah Institute ini diselenggarakan pada Sabtu (26/06/2021) mengundang Susilo (Penanggungjawab Jurnal di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA) sebagai narasumber. Kelas Riset diikuti oleh para kader-kader di wilayah DKI Jakarta.
Narasumber Kelas Riset, Susilo menyampaikan mengenai metode campuran atau mix methods, pendekatan penelitian, subjek dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan analisis data.
Susilo menuturkan bahwa metode campuran atau mix methods adalah gabungan dari kedua metodologi, yakni kuantitatif dan kualitatif. “Karena gabungan akhirnya harus mengetahui satu per satu dari kedua ini (red: kuantitatif dan kualitatif), baru kalian bisa gabungkan. Menggabungkan kedua metode ini tidak gampang, karena memang karakteristik tiap metode ini berbeda-beda,” tutur Susilo.
Dosen Pendidikan Biologi UHAMKA itu juga menjelaskan ciri-ciri kuantitatif dan kualitatif yakni jika kuantitatif, sumber datanya berupa angka, ada relasi antar variabel, instrumennya yakni ekspresimen, ada juga data angket, survei, menyajikan tabel, grafik, analisis data berupa statistik, dan penelitian kuantitatif banyak mengarah untuk penelitian-penelitian alam. Selanjutnya, lanjut Susilo, kalau untuk kualitatif sumber datanya didapat dari lapangan, lingkungan, menyajikan transkrip atau narasi dari jawaban seseorang, analisis data berupa non statistik, dan penelitiannya banyak mengarah ke ilmu-ilmu sosial.
Susilo menambahkan bahwa metode kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan, dan dari perbedaan tersebut dipadukan, serta perlu dipertimbangkan faktor-faktor untuk memilih metode campuran ini. “Biasanya mix methods untuk tingkatan S2-S3, atau kalau S1 mau pakai ini gapapa, tapi tentu dengan tingkatan yang lebih sederhana,” jelas Susilo.
Berikutnya, dalam forum Kelas Riset tersebut, Susilo memberikan contoh penerapan metode kuantitatif dan kualitatif. Pertama, baginya, penelitian kuantitatif ada beberapa model, seperti kuantitatif eksperimen, kuantitatif komparatif, eksplanatif, deskriptif kuantitatif, dan ada kuantitatif eksploratif. Ia mencontohkan kuantitatif eksperimen yakni judulnya “Pemanfaatan Buah Delima untuk Meningkatan Imunitas atau Menurunkan Darah Tinggi. Studi itu harus dilakukan di laboratorium, dan ini adalah ciri dari kuantitatif yang biasanya dilakukan di laboratorium.
Kemudian, tambah Susilo, terdapat model kuantitatif survei, seperti terkait saran dan prasarana SMA Muhammadiyah di DKI, dimana studi ini bisa disurvei, dan datanya sangat berguna untuk mengetahui sarana prasarana yang terdapat disekolah Muhammadiyah.
Lebih lanjut, Susilo menjelaskan bahwa jangan mengajukan judul tapi ajukan tema dan tujuannya agar jelas. Baginya, yang utama adalah temanya, bukan judulnya. “Yang utama itu adalah temanya. Kalian tentukan dulu temanya,” ucap Susilo.
Berikutnya, untuk kualitatif, kata Susilo, itu modelnya ada banyak, diantaranya studi kasus, fenomenologi, historis, etnografi, tindakan, naratif. Contoh studi kasus, lanjut Susilo, misalnya kajian pernikahan usia muda didaerah tertentu, dan datanya berdasarkan informan dari wawancara warga setempat/lingkungan didaerah disekitarnya.
Terkait metode campuran, menurut Susilo, berfokus pada pengumpulan data yang pengumpulan data berhubungan dengan instrumen yang digunakan. Jadi, data yang dapat, baik kuantitatif maupun kualitatif dianalisis masing-masing, kemudian, digabungkan (sintesis). Jadi, menurut Susilo, metode campuran penelitian yang saling mendukung, dan dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif yang digabungkan akan menghasilkan hasil penelitian yang komprehensif.
Selanjutnya, Susilo memperkenalkan kepada para peserta desain penelitian lain, diantaranya autobiografi, etnografi, dan naratif. Menurut Susilo, metodologi sangat banyak dan terus berkembang. Susilo mengajak para peserta untuk terus membaca artikel-artikel, terutama artikel di jurnal internasional, seperti di Taylor & Francis, ScienceDirect.
“Kalau kalian mencari judul artikel/skrispi, kalian sering-sering lah main kesini (red: Taylor & Francis), kenapa? Karena kalau kalian main kesini (red: jurnal internasional Taylor & Francis) kalian akan menemukan banyak ide penelitian. kalau kalian tidak membaca artikel, kalian ga-akan menemukan ataupun dapat menemukan susah, kalau susah menemukan, ya pasti nanti dampaknya akan susah mencari referensi,” tutur Susilo.
Maka, hal penting bagi Susilo untuk mencari ide penelitian adalah membaca terlebih dahulu artikel-artikel yang sesuai dengan tema yang diinginkan. Peneliti, menurut Susilo, akan dapat bereksplorasi dengan hasil bacaaan artikel tersebut sebagai referensi-referensi. Setelah mendapat artikel yang benar-benar dipahami, menurut Susilo langkah selanjutnya adalah mencari referensi lain yang mendukung penelitian, dan penting juga untuk melakukan sitasi artikel.
Berikutnya, Susilo menjelaskan ihwal populasi dan sampel. Sampel, menurut Susilo adalah mewakili bagian dari populasi yang diteliti agar tidak terlalu luas dan banyak. Sampe penelitian yang dapat digunakan, kata Susilo, adalah tergantung dari desain penelitiannya. Kemudian, Susilo mengatakan bahwa terdapat banyak instrumen riset, diantaranya kuesioner, angket, wawancara, dan lain sebagainya.
Pada sesi terakhir, Susilo menyampaikan langkah-langkah dalam teknik analisis data yaitu dimulai dari pengolaaan data berupa penyuntingan (editing), pengkodean (coding), dan dilakukan tabulasi (tabulating), kemudian data dianalisis/penganalisisan data, dan terakhir melakukan penafsiran hasil analisis.