Oleh: Ahmad Soleh*
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) pada Kamis (6/2), menggelar Tanwir XXVIII IMM di Asrama Haji Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gelaran musyawarah tertinggi di tengah periode kepemimpinan kali ini mengusung tema “Bersatu Memajukan Indonesia”.
Pelaksanaan Tanwir XXVIII IMM yang akan berlangsung hingga 9 Februari 2020 ini menjadi ajang bagi segenap kader IMM di seluruh Indonesia untuk mengevaluasi periode yang sudah berjalan dan menyusun pelbagai rencana gerakan ke depan. Mulai dari agenda kebijakan dan program sampai menyusun pandangan dan konsep tentang “Bersatu Memajukan Indonesia”.
Hal ini menjadi salah satu bukti peran IMM dalam kehidupan kebangsaan masih ada dan dapat dirasakan. Dalam beberapa momen sebelumnya, IMM telah menggelar beberapa agenda. Dalam separuh lebih periode kepemimpinan Najih Prastiyo, DPP IMM yang mengusung tagline “Membangun Kemandirian, Membumikan Gerakan” ini menghadirkan ide-ide segar sebagai gerakan mahasiswa.
Di antara karya-karya nyata itu adalah diluncurkannya kapal selam nirawak oleh Bidang Maritim dan Agraria DPP IMM, agenda konsolidasi pemberdayaan nasional lewat Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat yang dimotori Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, penyemaian para penulis dan influencer muda lewat Pelatihan Menulis oleh Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan, hingga digelarnya Djazman English Course oleh Bidang Hubla untuk menyiapkan kader go international.
“Hari ini kita harus mempersiapkan SDM yang unggul salah satunya dalam bidang bahasa. Oleh karena itu, DPP IMM membuat program unggulan pelatihan bahasa Inggris bernama Djazman English Course. Melalui program ini diharapkan lahir banyak kader yang bisa mendapatkan banyak beasiswa di luar negeri,” kata Najih dalam pembukaan Tanwir IMM, NTB, Kamis (6/2).
Beberapa hal di atas hanya sebagian kecil agenda. Agenda di luar program pun selama itu memberikan dampak dan bermanfaat akan menjadi prioritas IMM. Mulai dari mengawal kebijakan, menuntut keadilan, dan sebagainya.
Ide dan gagasan “Mempersatukan Indonesia” yang diusung lewat Rakornas IMM beberapa waktu yang lalu pun menjadi sebuah manifesto dan diterbitkan dalam buku Mempersatukan Indonesia yang ditulis oleh tim penulis DPP IMM.
Hal tersebut menjadi sebuah kesinambungan narasi pemikiran, gagasan, dan tindakan yang disumbangkan untuk kepentingan bangsa. Tradisi ini mesti selalu dirawat oleh IMM sebagai salah satu elemen bangsa, elemen masyarakat, dan juga elemen persyarikatan.
Sebab, karya nyata, ide segar, dan program yang memberikan manfaat itu menjadi salah satu bukti kehadiran IMM bagi kehidupan kebangsaan ke depan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Mencerap Pesan Prof Haedar
Pembukaan Tanwir XXVIII IMM dihadiri langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi. Ada pula beberapa tokoh lainnya seperti Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiah Hj Siti Noordjannah Djohantini MM MSi, Wakil Gubernur NTB Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah MPd, dan Ketua Umum PWM NTB H Falahudd MAg.
Dalam hal ini, ada beberapa poin yang disampaikan Prof Haedar Nashir yang mesti menjadi perhatian kader. Di antaranya, Prof Haedar menyebutkan, jika IMM ingin mendinamisasi gerakannya, IMM perlu mempertimbangkan perubahan zaman.
Dengan kata lain, IMM mesti bisa beradaptasi dengan zaman yang terus mengalami perubahan signifikan ini. Hal itu, disampaikan Prof Haedar, bisa diwujudkan dengan meningkatkan kemampuan dan kompetensi, baik secara individu kader maupun secara organisasi.
Haedar juga mengingatkan akan pentingnya memahami jati diri dan identitas gerakan IMM. Beradaptasi terhadap perubahan zaman, kata dia, jangan sampai membuat kader IMM lupa akan identitasnya. Sebab itu identitas organisasi menjadi penting untuk diperkukuh dan diteguhkan.
Mengingat tantangan yang kian kompleks telah menanti di hadapan mata, IMM tak bisa diam berleha atau sibuk dengan persoalan kontraproduktif. Kepada para peserta tanwir, Prof Haedar berpesan agar tanwir yang mengangkat tema “Bersatu Memajukan Indonesia” ini menjadi wadah untuk melakukan perdebatan intelektual dan tajdid yang mendukung dengan keadaban akhlak yang baik, akhlakul karimah. Prof Haedar juga berharap momentum ini menjadi ruang refleksi ihwal sejauh mana IMM mampu mempersiapkan diri menyongsong masa depan.
Pesan ini menjadi spirit sekaligus pengingat bagi para kader yang tengah bermusyawarah dalam tanwir untuk menjadikan tanwir sebagai arena menyusun langkah masifikasi gerakan organisasi dan bisa menciptakan karya-karya nyata setelahnya.
*Sekretaris DPP IMM