MADRASAHDIGITAL.CO – Pada Sabtu, 19 September 2020, ketika COVID-19 masih menjadi hal yang banyak menghambat berbagai macam aktivitas, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (PK IMM FAI UHAMKA) Jakarta Selatan tidak kehilangan jiwa gerakannya. Hal ini terbukti dengan adanya peluncuran buku bertajuk “Muslim Modernis: Hidup Islami Tanpa Ketinggalan Zaman”. Buku ini secara langsung ditulis oleh para aktivis FAI UHAMKA, dan diinisiasi langsung oleh Bidang III Riset dan Pengembangan Keilmuan PK IMM FAI UHAMKA.
Meskipun di tengah pandemi, buku ini tetap diluncurkan dengan penuh syukur melalui acara semi formal yang dilakukan secara daring bertemakan “Bincang Santai Launching Buku Muslim Modernis”. Kegiatan diawali dengan salam pembuka dari moderator, dilanjutkan dengan penjelasan buku Muslim Modernis oleh pemantik, pengenalan para penulis buku Muslim Modernis, sekaligus penyampaian kesan-pesan penulis, dan ditutup dengan simbolis launching buku yang ditayangkan melalui video.
Buku Muslim Modernis yang telah diluncurkan ini juga mendapat banyak apresiasi dan dikomentari secara langsung; mulai dari Ayahanda Prof. Dr. Gunawan Suryoputro, M.Hum (Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA) yang menulis kata sambutan, dan Ibunda Ai Fatimah Nur Fuad (Presidium Nasional dan Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) yang meluangkan waktunya untuk menulis kata pengantar.
Selanjutnya, ada Ayahanda Prof. Dr. Yunan Yusuf, MA (Guru Besar Pemikiran Islam (Kalam, Falsafah, Tasawuf) Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA) yang juga merupakan seorang penulis, dan Ayahanda Dr. H. Bunyamin, M.Pd.I yang sekarang menjabat sebagai Wakil Rektor IV UHAMKA yang sudah memberikan testimoninya untuk buku Muslim Modernis yang telah diluncurkan.
Sebelum buku ini diluncurkan, Bidang III Riset dan Pengembangan Keilmuan mengadakan pelatihan menulis yang bertemakan TERAS CINTA: Terasah Literasi, Ciptakan Karya Nyata. Dalam pelatihan ini, para calon penulis mendapatkan empat sesi pelatihan. Pertama, sesi cara membaca yang efektif untuk meningkatkan ketajaman nalar calon penulis dalam mencerna sebuah tulisan. Kedua, sesi kiat-kiat menjadi seorang penulis untuk memotivasi para calon penulis menjadi seorang penulis. Ketiga, difokuskan pada cara membuat suatu karya ilmiah. Keempat, praktek dalam menulis. Rangkaian pelatihan tersebut dilakukan guna menggali keilmuan para penulis.
Keilmuan merupakan pondasi seorang akademisi, yang menjadikan hal tersebut sebagai dasar dalam membuat suatu karya. Sebelum karya dibuat, dilakukan follow up para calon penulis untuk mendapat pendampingan dalam menulis buku Muslim Modernis. Narasi awal yang menjadi pokok bahasan dari buku Muslim Modernis ialah kritik terhadap Muslim itu sendiri. Kritik terhadap karakteristik seorang Muslim sejati yang mulai tergerus oleh zaman, dibahas dalam buku ini dengan sangat apik.
Buku ini dapat menjadi solusi menghadapi krisis identitas seorang muslim, yang tidak hanya tercermin melalui hal-hal simbolis. Lebih dari itu, di dalamnya dibahas tentang bagaimana seorang Muslim dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa perlu meninggalkan nilai-nilai Keislaman.
Pembahasan dalam buku ini mulai dari mengenal tauhid yang murni dan syirik di era modern, hingga dapat mengimplementasikan tauhid di era modern. Kemudian, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan berpikir untuk seluruh konsep kehidupan dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, Ilmu Pengetahuan & Teknologi (IPTEK), sampai politik.
Selain itu, keseimbangan antara intelektualitas dan humanitas pun juga perlu dibahas, karena keduanya dapat saling terkait satu sama lain. Persoalan gender yang masih menjadi problematik di tengah masyarakat juga dibahas dengan perspektif Islam. Tak ketinggalan, media sosial yang saat ini digandrungi oleh kawula muda sampai tua pun juga dibahas dalam buku ini. Terakhir, pembahasan Muslim C6 yang mungkin masih asing di telinga kita.
Setiap bahasan dalam buku ini memiliki latar yang sama, yaitu kehidupan modernis. Namun disamping kehidupan modernis, para penulis berusaha untuk menanamkan narasi positif, bahwa dengan hidup Islami bukan berarti harus ketinggalan zaman. Pun sebaliknya, mengikuti zaman bukan berarti harus meninggalkan nilai-nilai keislaman. Hal tersebut bahkan tersampaikan pada sampul buku yang menunjukkan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, berdampingan dengan gedung-gedung perkotaan yang menjadi simbol kehidupan modern.
Harapan kami sebagai penulis, buku ini dapat menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan umat. Bukan hanya sebagai produk intelektual yang hanya sekadar dibaca, tapi juga sebagai inspirasi dan mencerahkan bagi siapa saja yang mau mengasah dan mempertajam karakter Islami di masa kini.
Kontributor: Rafa Basyirah
Editor: Bayujati Prakoso