MADRASAHDIGITAL.CO-Oleh : Yulia Wulan Sari, Nayvha Az Zahra, Sitti Chadhidjah (Mahasiswi PAI Universitas Muhammadiyah Bandung)
Banyak guru atau dosen bertahan di profesinya dengan menerapkan manajemen keuangan yang sangat ketat. Mereka meminimalisir pengeluaran di luar kebutuhan pokok dan kebutuhan utama, atau menerapkan konsep hidup senantiasa bersyukur kepada Allah dengan penghasilan yang ada. Beban administratif yang berat dan kurangnya apresiasi membuat banyak guru merasa profesinya tidak dihargai. Tak jarang, mereka harus mencari penghasilan tambahan atau bahkan meninggalkan dunia pendidikan untuk mencari pekerjaan yang lebih layak penghasilannya.
Selain itu, kurangnya dukungan dari pemerintah maupun institusi terkait kesejahteraan dan pengembangan profesional guru. Hal ini tidak hanya memengaruhi motivasi mengajar mereka, tetapi juga berimbas pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa. Pentingnya penghargaan terhadap guru dan dosen sudah seharusnya menjadi fokus utama dalam perbaikan dunia pendidikan. Penghargaan tersebut tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga apresiasi atas dedikasi mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sayangnya, kepemimpinan pendidikan di banyak tempat belum mampu memberikan dukungan yang cukup. Kurangnya kebijakan yang mendukung kesejahteraan guru dan pengembangan karier mereka menyebabkan rendahnya tingkat kepuasan kerja di kalangan pendidik. Kepuasan kerja yang rendah ini akan berimbas langsung pada kualitas pendidikan yang diterima siswa. Tanpa adanya perubahan dalam sistem kepemimpinan dan kebijakan yang memadai, pendidikan di Indonesia akan sulit mencapai kemajuan yang signifikan.
Kebahagiaan Guru adalah Kunci
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi masa depan. Namun, untuk memastikan mereka dapat memberikan yang terbaik, kesejahteraan dan kepuasan kerja mereka perlu diperhatikan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, tanpa perhatian terhadap kepuasan kerja, kualitas pengajaran dan motivasi mereka bisa terpengaruh. Hal ini juga dapat berdampak pada motivasi mereka dalam menjalankan tugas sebagai pendidik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kepemimpinan pendidikan yang efektif. Sebuah studi berjudul “Kepuasan Kerja Guru dan Peran Kepemimpinan Pendidikan: Survei Guru di Bogor dan Sekitarnya” oleh Hidayat dan Patras (2020) mengungkapkan bahwa kepemimpinan yang mendukung dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Penelitian ini juga menyatakan bahwa kepemimpinan yang menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sangat penting. Selain itu, kepemimpinan yang visioner dapat menciptakan suasana kerja yang aman dan memotivasi guru untuk terus berkembang.
Penelitian yang berjudul “Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru SMA” oleh Ella Vidi Astutik dan Karwanto (2020) mendukung penelitian sebelumnya, bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kepuasan kerja guru melalui pendekatan kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada pemberian visi yang jelas, perhatian individual, dan motivasi kepada guru untuk berkembang. Kepala sekolah juga bertindak sebagai teladan positif yang menciptakan lingkungan kerja kondusif dan mendukung inovasi. Hal ini membuat guru merasa lebih dihargai, termotivasi, dan terlibat dalam kemajuan sekolah. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional terbukti mampu meningkatkan kepuasan kerja guru secara signifikan.
*****
Lebih lanjut, penelitian oleh Jihan Mevia Angelina dan Karwanto yang berjudul “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru” (2021) membahas bagaimana penerapan gaya kepemimpinan transformasional oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru. Kepemimpinan transformasional melibatkan pemberian motivasi yang kuat, fasilitasi, inovasi, dan tekad untuk memajukan kinerja guru. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan transformasional mampu mendorong guru untuk berinovasi dalam pembelajaran, meningkatkan semangat kerja, dan mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, penghargaan terhadap guru juga menjadi faktor krusial dalam kepuasan kerja mereka.
Husnunnadia dan Masyithoh (2024) dalam “Pemberian Penghargaan Untuk Meningkatkan Kualitas Guru di Madrasah Ibtidaiyah: Tinjauan Strategi Kepala Sekolah” menyatakan bahwa penghargaan, baik dalam bentuk materi maupun non-materi, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan kinerja guru. Penghargaan yang diberikan akan membuat guru merasa dihargai dan lebih puas dengan pekerjaannya. Hal ini berdampak pada peningkatan kinerja mereka di kelas. Guru yang merasa dihargai cenderung lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi siswa.
Artikel “Mengembalikan Penghargaan kepada Guru Meningkatkan Kualitas Pendidikan” oleh Ester Lince Napitupulu (2024) di Kompas menyoroti pentingnya penghormatan terhadap profesi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penghargaan tidak hanya berupa gaji yang layak, tetapi juga pengakuan atas peran mereka sebagai pembentuk generasi masa depan. Guru sering menghadapi tantangan seperti beban kerja administratif yang berat dan kurangnya pelatihan profesional. Dengan mengurangi hambatan tersebut dan memberikan dukungan yang memadai, guru dapat lebih fokus pada pengajaran. Penghargaan kepada guru adalah langkah krusial untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih berkualitas.
****
Kepuasan kerja guru yang dipengaruhi oleh kepemimpinan yang efektif dan penghargaan juga berhubungan langsung dengan kebahagiaan mereka. Kebahagiaan guru muncul ketika mereka merasa dihargai, mendapatkan dukungan dalam pengembangan diri, dan memiliki lingkungan kerja yang positif. Kebahagiaan ini penting karena dapat meningkatkan motivasi, kinerja, dan keterlibatan guru dalam proses pembelajaran, yang pada gilirannya berdampak pada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Kebahagiaan guru tercermin dari rasa dihargai, keseimbangan kerja dan kehidupan, lingkungan kerja yang mendukung, kesempatan pengembangan profesional, dan hubungan positif dengan siswa serta sesama rekan. Semua faktor ini berkontribusi pada perasaan puas dan motivasi tinggi dalam menjalankan tugas mereka.
Kebahagiaan guru sangat dipengaruhi oleh sistem manajemen sumber daya manusia (MSDM) yang baik. Penting bagi kebijakan MSDM untuk mengutamakan pengembangan profesional, penghargaan yang adil, serta keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Program pelatihan yang terus menerus dan penghargaan yang sesuai dengan kontribusi guru dapat meningkatkan rasa dihargai, yang pada akhirnya memperkuat motivasi dan kinerja mereka. Kepala sekolah juga memiliki peran vital dalam menciptakan lingkungan kerja yang positif, yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional guru, serta mengurangi stres akibat beban kerja yang berlebihan.
Kebahagiaan guru tidak hanya berdampak pada mereka secara individu, tetapi juga mempengaruhi kualitas pendidikan secara keseluruhan. Guru yang bahagia dan puas cenderung lebih terlibat dalam proses pembelajaran, mendorong kreativitas dan inovasi dalam mengajar. Oleh karena itu, penting bagi pihak sekolah dan pembuat kebijakan untuk terus memperhatikan kesejahteraan guru. Mengelola kebahagiaan guru dengan baik akan menghasilkan dampak positif yang luas, baik dalam meningkatkan kualitas pengajaran maupun dalam membentuk generasi penerus yang lebih baik.
Pentingnya MSDM dalam Dunia Pendidikan
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang efektif dalam dunia pendidikan sangat berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi guru. Dalam artikel “Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Dunia Pendidikan: Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama” oleh Ahmad Riyadi (2021), dijelaskan bahwa pengelolaan yang baik meliputi seleksi, pelatihan, hingga pengembangan karier guru. Dengan pendekatan MSDM yang terencana, sekolah dapat meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru secara berkelanjutan, sehingga guru merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk memberikan pengajaran terbaik. Hal ini akan berimbas langsung pada kualitas pendidikan yang diterima siswa.
Menurut artikel wacana yang berjudul Perlunya Menguatkan Manajemen Lembaga Pendidikan dari Madrasah Digital Co oleh Suwanto (2023) dijelaskan bahwa dengan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang kompeten, dan ditunjang dengan manajemen yang bagus. Dapat membuat sistem pendidikan yang berkualitas baik dari segi proses maupun outputnya. Semua itu adalah satu paket dalam sebuah wadah yang bernama manajemen pendidikan. Boleh dikata manajemen pendidikan adalah ujung tombak suksesnya pendidikan.
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang tepat sangat penting dalam memperbaiki kepuasan kerja guru. Strategi MSDM yang efektif mencakup penghargaan yang tepat, keseimbangan beban kerja, dan pemberian kesempatan pengembangan diri. Dalam jurnal “Pengaruh Strategi MSDM terhadap Kepuasan Kerja Guru di Sekolah Dasar Negeri” oleh Rina Wulandari (2020), disebutkan bahwa penghargaan berbasis kinerja dan pemberian fasilitas pendukung pekerjaan dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Dengan strategi yang efektif, guru merasa lebih dihargai dan termotivasi dalam menjalankan tugasnya.
Selain itu, pelibatan guru dalam pengambilan keputusan juga menjadi strategi penting untuk meningkatkan rasa kepemilikan mereka terhadap institusi. Menurut Muslimat (2023), strategi manajemen SDM yang efektif ialah menciptakan lingkungan yang mendukung karyawan untuk berkembang. Misalnya, melalui pendekatan yang fleksibel, budaya organisasi yang kuat, peluang untuk pertumbuhan, pengakuan yang tepat, dan komunikasi terbuka. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerja guru secara keseluruhan.
Dampak Positif Kebahagiaan Guru dalam Pendidikan
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat memengaruhi kebahagiaan dan kinerja guru. Menurut artikel dalam Dunia Pendidikan: Studi Guru di Kota Bandung” oleh Sri Mulyani (2021), guru yang mampu menjaga keseimbangan ini cenderung lebih produktif dan memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Kebijakan sekolah, seperti fleksibilitas jadwal dan pengurangan beban administratif, dapat membantu guru mencapai keseimbangan ini, yang pada akhirnya berdampak positif pada kualitas pembelajaran. Contoh fleksibilitas jadwal misalnya, penjadwalan ulang jam mengajar yang lebih fleksibel, seperti memberikan kesempatan kepada guru untuk memilih waktu mengajar yang sesuai dengan kondisi mereka dan membentuk tim khusus untuk menangani tugas-tugas administratif dapat membantu menjaga energi mereka dan bisa lebih fokus dalam mengajar.
Kebahagiaan guru memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan. Penelitian “Korelasi Kebahagiaan Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama” oleh Taufik Hidayat (2020) menunjukkan bahwa guru yang bahagia menciptakan suasana kelas yang positif dan memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Sebaliknya, ketidakpuasan guru sering kali berpengaruh negatif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kebahagiaan guru harus menjadi salah satu prioritas dalam manajemen pendidikan. Secara keseluruhan, kebahagiaan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan.
****
Strategi manajemen SDM yang baik, dapat meningkatkan kesejahteraan, keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi, serta penghargaan yang layak dapat mendukung kebahagiaan guru. Kebahagiaan ini tidak hanya berdampak positif pada guru, tetapi juga secara langsung memengaruhi kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, dunia pendidikan dapat menghasilkan guru-guru yang bahagia, termotivasi, dan berdedikasi tinggi. Hal ini penting untuk mencetak generasi penerus yang berkualitas dan kompeten.
Artikel pendidikan yang berjudul Komisi II DPR RI Tegaskan Komitmen Selesaikan Persoalan Honorer pada 2024-2025: Solusi dan Harapan pemerintah melalui Komisi II DPR RI dari melintas.id oleh Joko Wibowo (2025), telah menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan tenaga honorer pada periode 2024-2025. Solusi yang diusulkan termasuk peningkatan kesejahteraan guru honorer, penyediaan insentif yang lebih baik, serta pengangkatan tenaga honorer menjadi pegawai tetap. Langkah ini diharapkan dapat memberikan solusi konkret terhadap permasalahan kesejahteraan guru, terutama di sekolah-sekolah swasta yang kerap mengandalkan tenaga honorer. Komitmen ini memberikan secercah harapan bahwa kesejahteraan guru akan menjadi fokus utama dalam kebijakan pendidikan di masa mendatang.
Diharapkan kualitas pendidikan dapat terus meningkat tanpa mengabaikan kesejahteraan para tenaga pendidik. Namun, implementasi dari kebijakan ini perlu diawasi secara ketat agar benar-benar memberikan dampak positif bagi guru di seluruh Indonesia. Kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat juga menjadi kunci untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang lebih adil dan berkualitas. Dengan dukungan yang tepat, guru dapat merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan pengajaran terbaik bagi siswa.
Catatan Akhir Penulis
Seandainya semua guru dan dosen menginginkan kompensasi minimal sesuai UMR daerah setempat dan mereka mendapatkan dan bersedia berkerja di tempat kerja yang sesuai dengan UMR. Bisa dibayangkan sekolah atau kampus swasta akan kekurangan tenaga pengajar yang akan berpengaruh kepada jumlah peserta didik/ mahasiswa. Terlebih dampaknya pemerintah akan kekurangan partner swasta, yaitu sekolah-sekolah yang didirikan oleh anggota masyarakat (sekolah swasta). Dimana sekolah ini akan kekuragan guru, karena mengingat banyaknya sekolah-sekolah swasta yang bertebaran di seluruh Indonesia.
Menurut data yang dirilis oleh GoodStats, pada tahun 2024 Indonesia mempunyai sekolah swasta berjumlah lebih dari 57.000 yang meliputi berbagai jenjang pendidikan. Sebagian besar sekolah swasta terdapat di jenjang SD dan SMP, masing-masing dengan jumlah lebih dari 19.000 sekolah, dan SMA sekitar 7.000 sekolah. Sementara untuk SMK, jumlahnya mencapai sekitar 10.000 sekolah swasta. Aneh betul, meski begitu, banyak guru yang kenyataannya bertahan di sekolah-sekolah swasta.
*****
Ironisnya, meskipun penghasilan yang diberikan sekolah swasta sering kali jauh di bawah UMR, banyak guru yang tetap bertahan di sekolah-sekolah ini. Hal ini bisa jadi karena berbagai alasan, seperti kecintaan terhadap profesi guru, menerapkan prinsip mengabdi bukan bekerja agar mendapatkan kunci menuju surga. Ada pula guru yang merasa memiliki peran moral yang besar dalam membangun generasi penerus bangsa. Sehingga, mereka rela menerima gaji yang tidak sebanding dengan jasa mereka.
Di sisi lain, kondisi ni menunjukkan betapa besar ketimpangan dalam sistem pendidikan Indonesia. Pemerinah memang terus berusaha memperbaiki kualitas pendidikan, namun kurangnya perhatian dalam kesejahteraan, kepuasan guru khususnya di sekolah swasta, dan keterbatasan anggaran Pemerintah dalam membiayai guru di sekolah swasta, menyebabkan kualitas sekolah swasta menjadi kurang. Jika hal ini terus dibiarkan, bukan lagi tidak mungkin jika kualitas pendidikan di sekolah akan menurun karena kurangnya tenaga pengajar yang kompeten dan termotivasi.
*****
Oleh karena itu, besar harapan perlu adanya dukungan finansial maupun intensif kepada sekolah baik dari pemerintah maupun dari pihak swasta misalnya CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan-perusahaan swasta. Kerja sama yang baik antara pemerintah dan sekolah swasta seperti, subsidi guru, pelatihan, rekelola sekolah swasta serta fasilitas pendidikan dapat menjadi salah satu solusi. Langkah ini penting untuk mempertahankan kualitas pendidikan tanpa mengorbankan kesejahteraan dan kepuasan guru. Jika guru merasa dihargai, baik secara finansial maupun sosial, mereka akan lebih bersemangat untuk memberikan yang terbaik bagi siswa, tanpa harus merasa terjebak dalam situasi yang tidak sebanding dengan jasanya.
Referensi
Muslimat, A. (2023). Analisis Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja di Perusahaan Startup. Jurnal Tadbir Peradaban, 3(3), 301-305.
Rina Wulandari (2020). Pengaruh Strategi MSDM terhadap Kepuasan Kerja Guru di Sekolah Dasar Negeri.
Riyadi, A (2021). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Dunia Pendidikan: Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama.
Sri Mulyani (2021). dalam Dunia Pendidikan: Studi Guru di Kota Bandung.
Suwanto (2023). Perlunya Menguatkan Manajemen Lembaga Pendidikan.Madrasah Digital Co.
Taufik Hidayat (2020). Korelasi Kebahagiaan Guru dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama.
Hidayat, M., & Patras, R. (2020). Kepuasan Kerja Guru dan Peran Kepemimpinan Pendidikan: Survei Guru di Bogor dan Sekitarnya. Jurnal Pendidikan dan Kepemimpinan, 5(2), 42-55.
Astutik, E. V., & Karwanto. (2020). Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru SMA. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 8(4), 545-557.
Angelina, J. M., & Karwanto. (2021). Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 9(1), 24-36.
Husnunnadia, R., & Masyithoh, S. (2024). Pemberian Penghargaan Untuk Meningkatkan Kualitas Guru di Madrasah Ibtidaiyah: Tinjauan Strategi Kepala Sekolah. Jurnal Pendidikan Madrasah, 2(1), 104-112.
Irfan, A. A. F. (2024). Jumlah Sekolah Swasta Indonesia Capai 57 Ribu, Mayoritas Jenjang SD. GoodStats. https://data.goodstats.id/statistic/jumlah-sekolah-swasta-indonesia-capai-57-ribu-mayoritas-jenjang-sd-UHVeH
Napitupulu, E. L. (2024) . Mengembalikan Penghargaan kepada Guru Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Kompas. https://www.kompas.id/baca/humaniora/2024/10/05/mengembalikan-penghargaan-kepada-guru-meningkatkan-kualitas-pendidikan
Joko Wibowo (2025) Artikel pendidikan yang berjudul Komisi II DPR RI Tegaskan Komitmen Selesaikan Persoalan Honorer pada 2024-2025: Solusi dan Harapan pemerintah melalui Komisi II DPR RI dari melintas.id.
Red, M. Rendi Nanda Saputra