MADRASAHDIGITAL.CO- Oleh: Zahro Rokhmawati (Mahasiswa PPG Prajab UNISMA 2023)
Sudah sejauh mana sekolah menjadi rumah kedua yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak? Sekolah merupakan tempat proses belajar-mengajar yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak nantinya.
Untuk mendukung tumbuh kembang anak sebagai kebutuhan mendesak, pemerintah Indonesia membentuk konsep Sekolah Ramah Anak. Sekolah Ramah Anak merupakan konsep pendidikan yang telah diadopsi di Indonesia untuk memastikan anak-anak mendapatkan lingkungan belajar yang optimal dan mendukung perkembangan mereka.
Meski telah ada upaya untuk penerapan sekolah yang ramah bagi anak, nyatanya masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan ini.
Dalam hal ini, mari kita tilik sejauh mana pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta peluang yang ada untuk meningkatkan implementasinya.
Secara positif, beberapa langkah telah diambil di Indonesia untuk mendorong pelaksanaan Sekolah Ramah Anak. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dan regulasi yang berfokus pada pendidikan inklusif, perlindungan anak, dan kualitas lingkungan belajar.
Misalnya pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menyediakan kerangka kerja hukum yang penting untuk melindungi hak-hak anak, termasuk hak pendidikan yang berkualitas.
Selain itu, program-program seperti Gerakan Sekolah Ramah Anak dan Sekolah Adiwiyata bertujuan untuk mendorong sekolah-sekolah untuk lebih memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan anak-anak.
Tiga Tantangan Sekolah Ramah Anak
Meskipun adanya upaya dari pemerintah, implementasi Sekolah Ramah Anak di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.
Pertama, kurangnya pemahaman dan kesadaran yang mendalam mengenai konsep Sekolah Ramah Anak di kalangan stakeholders pendidikan.
Banyak institusi pendidikan dan pendidik masih memiliki pemahaman yang terbatas tentang apa itu Sekolah Ramah Anak dan bagaimana menerapkannya secara efektif.
Kita memerlukan pendekatan komprehensif dalam memberikan pelatihan dan pembinaan kepada guru dan staf sekolah, serta menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung implementasi konsep ini.
Kedua, infrastruktur pendidikan yang terbatas dan kurang memadai. Banyak sekolah di Indonesia masih kekurangan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah anak.
Beberapa sekolah bahkan belum memenuhi standar keamanan dan sanitasi yang mendasar.
Untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak, diperlukan investasi yang signifikan dalam memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur pendidikan, termasuk peningkatan aksesibilitas dan kualitas fasilitas pendidikan.
Terakhir, adalah ketimpangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Sekolah-sekolah di daerah pedesaan sering kali menghadapi keterbatasan sumber daya manusia, kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas, dan kurangnya akses ke layanan pendidikan yang memadai.
Dalam memastikan pelaksanaan Sekolah Ramah Anak yang merata di seluruh Indonesia, perlu upaya yang lebih besar untuk mengurangi kesenjangan pendidikan antara perkotaan dan pedesaan. Ini melibatkan alokasi anggaran yang tepat, pelatihan guru dan staf sekolah di daerah terpencil, serta pengembangan program khusus untuk memenuhi kebutuhan unik anak-anak di daerah tersebut.
Namun, diatas tantangan tersebut, bukan berarti Sekolah Ramah Anak tidak mempunyai masa depan yang baik di Indonesia. Pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di Indonesia juga memiliki peluang yang dapat dioptimalkan.
Optimalisasi Peluang Sekolah Ramah Anak
Pertama, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan dan memperluas jangkauan pendidikan inklusif.
Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, seperti pembelajaran daring, dapat mengatasi kendala geografis dan infrastruktur yang ada. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat keterlibatan orang tua dan komunikasi antara sekolah dan keluarga.
Kedua, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat dapat menjadi kekuatan yang mendorong pelaksanaan sekolah ramah anak. Dalam membangun Sekolah Ramah Anak, penting untuk melibatkan semua stakeholders: guru, staf sekolah, orang tua, dan komunitas sekitar.
Kolaborasi yang erat dan partisipasi aktif dari semua pihak akan membangun dukungan yang luas serta komitmen yang kuat terhadap Sekolah Ramah Anak.
Kesimpulannya, pelaksanaan Sekolah Ramah Anak di Indonesia masih memiliki tantangan yang signifikan, mulai dari pemahaman yang terbatas hingga kurangnya infrastruktur pendidikan yang memadai.
Namun, ada peluang yang dapat dimanfaatkan, seperti perkembangan teknologi dan kolaborasi antar stakeholder, untuk meningkatkan implementasi Sekolah Ramah Anak.
Penting bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk bekerja sama membangun komitmen dalam menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi anak-anak Indonesia.
Melalui langkah-langkah yang tepat, kita dapat memastikan bahwa setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Red: MAA